Home / Maluku / Panen Perdana Cabai Digital Farming Bukti Transformasi Pertanian di Maluku

Panen Perdana Cabai Digital Farming Bukti Transformasi Pertanian di Maluku

AMBON, gerbangmaluku.com

Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura Dusun Telaga Kodok, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, menjadi saksi keberhasilan panen perdana cabai hasil sistem digital farming dan konvensional. Rabu, 12/11/2025.

 

Panen ini merupakan hasil dari Gerakan Tanam Serempak Cabai yang dicanangkan Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa pada 13 Agustus 2025 lalu.

 

Gerakan tersebut merupakan bentuk kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Maluku, Bank Indonesia Perwakilan Maluku, serta kelompok tani (Poktan) dan penyuluh pertanian, sebagai langkah nyata menuju modernisasi pertanian berbasis teknologi di daerah itu.

 

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Ilham Tauda, menyampaikan rasa syukur atas hasil panen yang dicapai. “Gerakan tanam serempak yang dicanangkan Bapak Gubernur kini kita panen bersama.

 

Ini bukti kerja kolaboratif yang terus kita kawal bersama, sebagai langkah nyata untuk mentransformasikan petani Maluku menuju sistem pertanian modern,” ujarnya.

 

Ilham menambahkan, Dinas Pertanian akan mendorong replikasi model digital farming ke daerah lain seperti Tual, Masohi, dan sejumlah wilayah penyangga, sehingga bisa menjadi contoh bagi petani lain di Maluku.

 

Ketua Komunitas Smart Farming Maluku, Rasyid, mengungkapkan bahwa penerapan teknologi digital telah memberikan dampak nyata terhadap produktivitas. Dari lahan 0,4 hektar, sistem digital farming mampu menghasilkan 2,1 ton cabai, meningkat 34 persen dibanding sistem konvensional yang hanya menghasilkan 1,6 ton.

 

Untuk komoditas bawang merah, hasil digital farming bahkan lebih tinggi, mencapai 3,2 ton atau meningkat 51 persen dibanding metode konvensional (1,4 ton). “Digital farming membantu kami memahami kebutuhan tanaman secara akurat, dari kelembapan tanah hingga dosis pupuk. Produksi lebih tinggi, kualitas lebih baik,” jelas Rasyid.

 

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku, Mohamad Latif, menilai panen kali ini menjadi bagian penting dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang dijalankan pemerintah.

 

Menurutnya, pada Oktober lalu inflasi volatile food di Maluku mencapai 5,12 persen, dengan harga cabai rawit sempat menembus Rp100 ribu per kilogram, menempatkan Maluku sebagai salah satu zona merah inflasi nasional.

 

“Panen ini diharapkan dapat memperkuat pasokan cabai di pasar lokal, menekan harga, dan membantu menjaga kestabilan ekonomi masyarakat. Ini adalah komitmen kami dalam mendukung ketahanan pangan berkelanjutan di Maluku,” tegas Latif.

 

Acara panen perdana ini juga menandai sinergi antara pendekatan digital farming dan konvensional yang dikelola oleh Komunitas Smart Farming Maluku.

 

Kegiatan ditutup dengan pembagian doorprize alat penyemprot elektrik, sebagai simbol semangat inovasi dan kemajuan pertanian Maluku di bawah kepemimpinan Gubernur Hendrik Lewerissa. *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *